SINGAPUR,

SINGAPUR,

Senin, 06 Oktober 2008

VISIT TO SINGAPUR






























Foto : Liburan dengan keluarga di Negara Singa.
Mungkin banyak yang mengira kalau jalan2 atau liburan ke Singapur itu, mahal dan susah.Mungkin saja bagi mereka yang jauh dari Singapur.
Kalau sudah punya NPWP maka kita bebesa fiskal.
Ada juga yang mengira, bagi warga Batam cukup memperlihatkan KTP Batam untuk masuk ke sana. Cerita ini adalah bohong belaka, mungkin saja berlaku dizaman dahulu kala.
Coba kita hitung biaya yang dibutuhkan untuk satu orang tanpa nginap atau PP.Ongkos ferry PP cuma 20 $ Sing, ditambah seaport tax di Batam : 7 $ Sing. Biaya makan, minum dan tranportasi selama di Singapur, kira kira ; 25 $ Sing. Setelah itu kalau mau balik ke Batam, bayar seaport tax di Pelabuan Singapur : 21 $ Sing. jadi Total biaya : 73 $ Sing, setara dengan Rp 554.800,- kalau 1 $ Singapur = Rp 7600,-.Dengan biaya segini, kita sudah bisa PP ke LN. Mungkin biaya ini lebih kecil bandingkan kalau kita PP, Jakarta-Surabaya.
Memang harga di Singapur itu terasa mahal bagi kita, karena nilai tukar uang kita. Makanya jangan terlalu banyak belanja di sana.
Conntohnya, harga 1 piring nasi campur saja, 4$ sing = Rp 30.400,-. Satu botol air mineral kecil, 1 $ Sing. Jus dan kue, 2 $ sing. Yang murah adalah biaya transportasi, spt kereta api dalam kota, MRT namanya dan Bus.Disamping cepat, murah, aman,nyaman dan menyentuh semua titik di Singapur maka Tiket (card)nya bisa dipergunakan bersama. Artinya card KA MRT, bisa digunakan utk Bus.Begitulah Pemerintah Singapur memberi kemudahan bagi rakyat dan tamu nya. Rakyatnya tidak perlu membeli alat transportasi sendiri, spt. mobil, sepeda motor, kecuali bagi yang kebutuhan dan kemampuannya lain.
Bagaimana di Negara kita??

2 komentar:

Apape Jer.... mengatakan...

tidak pernah ke Batam, cuma pernah mendengarnya. Tapi nampak maju ya pulau Batam.

RAJO PERAK mengatakan...

Berikut komentar saya tentang kemajuan-kemajuan Negeri Jiran.

Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi pemicu keinginan mengejar ketertinggalan serta semangat mempertahankan jati diri bangsa

Mengunjungi Malaysia (th. 2000)

Tahun 2000, saya bersama rekan2 mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Penelitian dan Penelitian (UKPIP), sekarang Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmiah Mahasiswa (PPIPM), suatu unit kegiatan mahasiswa tingkat universitas, Universitas Negeri Padang. Membawa nama unit kegiatan serta nama Universitas, kami berangkat ke Malaysia. Dari Padang Kota Tercinta kami naik bus ke kota minyak Dumai. Untuk menyebrangi selat Malaka, kami naik Indomall Express, 1 tiket waktu itu kurang lebih Rp.90.000,'PP. Seandainya kami berangkat secara perorangan, tentunya akan ditanyakan serta diperiksa apakah membawa "Uang Tunjuk" senilai minimal 100 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp.2.300.000,'(kurs Ringgit: Rp.2.300,'). Untungnya kami berangkat berombongan sebanyak 31 orang serta ada alamat yang dituju. Saat turun di pelabuhan Malaka, tas bawaan kami diperiksa, lalu segala bentuk media cetak tidak diizinkan dibawa, alat pemotret juga ditanyakan kegunaannya. Dari Malaka kami nginap di losmen Asrama Saya di Gombak 06, semalamnya hanya 9 Ringgit. Asrama Saya menjadi patokan perjalanan kami menuju: Perguruan Islam Antar Bangsa, perguruan tinggi yang dibiayai oleh negara-negara Islam (konon mau didirikan di Indonesia, namun batal, karena kondisi keamanan di Indonesia yang tidak mengizinkan). Kami juga mengunjung Maktab Perguruan Melewar (pada awalnya tenaga pengajar didatangkan dari Indonesia, namun sekarang malah banyak orang Indonesia yang balik belajar di sana), kami juga mengunjungi ITM, menara KLCC, tertinggi no.4 di dunia yang terletak di KLCC (Kuala Lumpur City Center).
Banyak kecanggihan yang ditemui, diantaranya: Lift menara dengan kecepatan 6 Meter/detik, kelengkapan fasilitas di Menara. Di bawah Mall ISETAN, terdapat statiun kereta bawah tanah yang cukup memiliki 2 jalur kereta, namun bila dilihat dari peta jalur kereta, jumlah trayek kereta yang akan mangkal di statiun ini hampir mencapai ratusan lajur kereta, sungguh kecanggihan yang mustahil bisa dicontoh bangsa Indonesia, karena tidak ada masalah keterlambatan kedatangan atau keberangkatan kereta, serta tidak perlu berjam-jam menunggu datangnya kereta. Untuk menuju ISETAN atau KLCC, kami berangkat dari Asrama Saya ke station Putra Jaya naik MRT, turun di Station Masjid Jami' dilanjutkan naik kereta listrik ke ISETAN.

Mengujungi negeri kembar Bukittinggi, Negeri Sembilan

Setelah puas di Kuala Lumpur, kami menuju Negeri Sembilan, kami nginap di Asrama GOR Negeri Sembilan. Malaysia pantas disebut sebagai Real-nya Asia, karena kami lebih merasakan Minangkabau nya disini dibanding kampung halaman sendiri. Di sebuah kampung, kampung Daching kami disambut oleh Randai, masakan Rendang, Saluang Panjang, serta bahasa Minang yang masih kental.
Kebanyakan nama-nama daerah yang ada di Negeri Sembilan hampir sama dengan nama-nama kampung yang ada di Ranah Minang, seperti Ampang, kalau tidak salah ada juga Kranji.
Kami juga menyempatkan diri mengunjungi Istana Raja Sri menanti yang dianggap keramat, karena menurut juru kunci istana ini, setiap malam kamar Raja dan kamar Pangeran selalu dirapikan peraduannya, namun paginya sudah terlihat amburadul seperti sudah ditiduri oleh pengantin baru. Padahal setiap setelah dirapikan pintu selalu dikunci, serta ketatnya penjagaan Istana.

Terakhir kami menyempatkan diri mengunjungi Genting Highland, sebuah sarana pariwisata serta lokalisasi judi, sehingga memungkinkan tidak terjadinya perjudian liar di tengah-tengah masyarakat. Di Negeri tercinta kita ini hampir setiap waktu aparat kita sibuk membasmi yang namanya penyakit masyarakat.

Dari kutipan perjalanan saya di atas, serta cerita perjalanan Bapak Edi di Batam, saya berkomentar sebagai berikut:
1. Kemajuan yang diperoleh Malaysia dicapai dalam waktu cepat, padahal tenaga kependidikan sebagai lokomotif perkembangan dan kemajuan adalah berasal dari Indonesia
2. Bahasa pengantar sehari-hari adalah bahasa Internasional (Bahasa Inggris) disamping menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa Nasional-nya.
3. Bisa dikatakan Indonesia tertinggal kemajuan IPTEK nya 25 tahun dibandingkan Malaysia. Padahal, sangat ironis, menurut sumber yang didapat dari penjaga menara, Arsitek menara KLCC adalah Putra Bangsa Indonesia tamatan Universitas Indonesia.
4. Sistem transportasi per-keretaapian yang tidak ada sedikit lajur pun yang menyentuh aspal. Artinya, tidak ada jalan-jalan yang memiliki pintu plang kereta yang memungkinkan tidak akan terjadinya tabrakan kereta dengan pengguna jalan biasa.
5. Di pusat-pusat keramaian tidak ditemui sepotong pun puntung rokok, serta fasilitas air yang bisa diminum langsung lewat kran2 air yang terdapat di setiap pojok taman kota serta Mall.
6. Malaysia memiliki bukti kuat bisa mempertahankan adat istiadat serta budaya, sehingga banyak sekali ditemui turis-turis asing. Serta kesiapan Malaysia meng-Go Publik kan keunikan yang dimilikinya. Sehingga wajar Malaysia bisa mem-patenkan Rendang Padang, dan lain-lain. Bagaimana dengan bangsa kita yang hanya bisa kesal, budaya kita diambil alih hak paten nya? Apa tindak lanjut kita ke depan?????